Kisah Batu Berpindah di Kampung Klembak, Sambau

    spot_img

    Baca juga

    85 Persen Unit Apartemen Balmoral Sukses terjual di Opus Bay

    >>>Kawasan Terintegrasi Pertama di Kota Batam        INVESTASI...

    Perusahaan Manufaktur Asal Tiongkok Berencana Kembangkan Usaha di Batam

    BATAM, POSMETRO: Sebanyak 30 pimpinan perusahaan manufaktur asal Negeri...

    Kepala BP Batam: Industri Digital Jadi Mesin Penggerak Ekonomi Baru

    BATAM, POSMETRO: Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa Digital Park...

    AKP Siwanto Eka Putra: Dari Rumah Tahfidz Ini akan Lahir Calon Imam Imam Besar

    BATAM, POSMETRO: Wujud mengabdikan diri kepada masyarakat, AKP Siwanto...
    spot_img

    Share

    Abu salah seorang tokoh masyarakat di Kampung Klembak menunjuk ke arah batu berpindah. (Posmetro.co/cnk)
    BATAM, POSMETRO.CO: Ukuran batu itu cukup besar. Lebih dari 3 meter dan tingginya mencapai 2 meter. Terletak sedikit menjorok ke bibir bakau pesisir Kampung Klembak, Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa. Namanya Batu Berpindah.
    Masyarakat setempat meyakini kalau batu tersebut memiliki cerita gaib dari leluhur mereka. Sebab, batu tersebut sudah tiga kali berpindah. Tapi untuk yang ketiga kalinya itu hingga kini, Batu Berpindah ‘menetap’ di Kampung Klembak.
    “Dulunya bundar, sekarang udah bebelah-belah (terbelah),” cerita Abu, lelaki sekitar 60 an tahun itu kepada POSMETRO.CO, Minggu (3/11). Abu salah satu tokoh masyarakat di Kampung Klembak meminta kepada masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian Batu Berpindah tersebut.
    “Dari almarhum minta batu ini tidak kotor, dijaga kebersihannya,” timpal Abu.
    Almarhum yang dimaksud Abu adalah Hitam, abang kandungnya sendiri. Hitam juga orang yang paling disegani di kampung tersebut yang berpesan agar peninggalan sejarah di Kampung Klembak tetap dijaga.
    Abu berkisah, kalau Datuk Ilyas, bapaknya punya anak 13 orang. Batu Berpindah itu awalnya berada di Sungai Safar Kecil lalu berpindah ke Pulau Kumbang Berteduh dekat Dapur Arang, Kelurahan Sambau. “Penghuni batu ini jahat, sering ganggu anak-anak saat itu,” terang Abu.
    “Karena bapak (Datuk Ilyas) buka kebun di situ, batu itu berpindah ke seberangnya. Setelah pindah di sana, bapak garap lagi bikin kebun, kebun itu udah dijual ke orang, pindah lagi ke sini (Kampung Klembak),” katanya lagi.
    Setahu Abu, kejadian Batu Berpindah dengan sendirinya itu terjadi sekitar tahun 1969. Rumah mereka saat itu rumah panggung. Di situlah ngumpul anak-anak Ilyas hingga besar.
    Pindahnya batu itu yang ketiga kalinya, leluhur Abu menyebut batu tersebut mohon ampun tidak akan mengganggu lagi.
    “Bagi yang mengerti. Kalau saya jujur tak nampak (penghuninya), tapi kalau cewek lewat baru saya nampak,” kata Abu sambil bergurau.
    Disebut-sebut Batu Berpindah ada mistiknya, sambung Abu, pernah dipecah menggunakan alat berat, tapi alat beratnya yang rusak. Katanya, memang di area pesisir Kampung Klembak itu dulunya banyak bebatuan.
    “Cuma batu itu saja yang tak bisa dipecah atau dipindah. Ditambah juga pesan dari orang-orang tua kita untuk menjaga peninggalannya,” ulas Abu.
    Diakui Abu, pindahnya batu saat itu dirinya belum lahir. Sejarah Kampung Klembak itu dari Datuk Ilyas. Abu juga punya Datuk bernama Umar. Umar ini asal Syiam, Malaysia nikah dengan nenek Abu, orang Riau.
    Terkait legalitas Kampung Klembak sendiri, diakui Abu tidak ada. Namun saat ini lebih dari 30 Kepala Keluarga (KK) yang telah menghuni di situ. “Keluarga kami semua,” katanya.
    Saat ini pihaknya tengah dalam penataan. Batas lahan desa dengan hutan lindung. Batasnya itu nanti yang akan dibangun jalan untuk keliling desa.
    “Belum ada pengukuran. Tapi kisaran ada 6 hektare lahan desa yang mau kita diajukan,” tambah Edi, yang diminta warga untuk penataan kampung.
    “Bagaimana cara kami menata, dengan swadaya. Kalau kampung ini sudah ramai ada sekitar 200 KK, akan dijadikan Rukun Warga. Terbitlah dua RT. Lurahpun setuju ini menjadi sebuah desa yang diakui statusnya,” timpal Edi.
    Sebab, listrik sudah masuk, tinggal air yang belum. Pihaknya sudah mengajukan lahan Klembak untuk masuk wilayah Kampung Tua.
    “Kalau mengacu ke situs-situs lama, rumah dan kampung itu sebenarnya mengacu kepada Kampung Terih. Dulunya orang ini satu keluarga dengan Kampung Terih ini. Masih kakak beradek. Jadi kalau status Kampung Terih diakui kenapa Kampung Klembak tak diakui. Kuburan lama ada di sini. Ke depan, Klembak ingin jadi desa yang tertata rapi,” tutupnya.
    Juhari, Ketua RT setempat menambahkan, sejarahnya ada penunggu batu tersebut.
    “Awalnya batu itu berada di Sungai Safar Kecil. Karena warga setempat sering mendapat gangguan makhluk halus
    ‘dipindahkanlah’ ke Klembak,” kata Juhari.
    Namun, sebut Juhari, dari cerita-cerita orang terdahulu penunggu batu itu ‘orang bunian’ tapi baik.
    “Karena itulah kita bersihkan, kita pasang pagar keliling biar jadi ikon wisata di Kampung Klembak,” tutupnya.(cnk)