Warga Mengeluh, Dua Pekan Gas Melon Kosong

    spot_img

    Baca juga

    Pemerintah Provinsi Kepri Upayakan Pemulangan Nelayan Natuna yang Ditangkap Malaysia

    KEPRI, POSMETRO: Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menanggapi secara serius...

    KEPRI, POSMETRO: Gubernur Kepulauan Riau H. Ansar Ahmad yang...

    BP Batam Sosialisasikan Pekerjaan Sambungan Jaringan IPAL ke Rumah

    BATAM, POSMETRO: Badan Pengusahaan (BP) Batam melalui Badan Usaha...

    Jaksa Batam Ajari Camat dan Lurah di Batuaji Cara Menghindari Masalah Hukum

    BATAM, POSMETRO: Untuk meminimalisir pelanggaran hukum di lingkungan Kecamatan...
    spot_img

    Share

    Ilustrasi gas melon yang kini kosong di beberapa agen atau pangkalan gas.(Posmetro.co/jho)

    BATAM, POSMETRO.C0: Sofiana (25), warga Sagulung mengaku kewalahan untuk mendapatkan gas elpiji 3 kg atau gas melon. Pasalnya, dari beberapa warung dan pangkalan gas yang sudah ia datangi, semuanya habis.

    “Sudah ada 10 tempat yang saya singgahi, tapi tak satu pun menyediakan gas, katanya lagi kosong,” ucapnya, Minggu (3/11) pagi.

    Menurut Sofiana, gas ukuran 3 kg ini sudah mulai kosong sejak dua pekan lalu. Kini, ia kebingungan harus memasak pakai bahan bakar apa. Jika memilih makan di warung, tentu sangat berat karena harganya cukup mahal.

    “Saya tinggal dengan kakak dan adik saya. Jika makan di luar, pastinya sangat mahal. Sedangkan gas 3 kg yang harganya Rp 20 ribu bisa cukup untuk 3 minggu,” tuturnya.

    Sofiana berharap, kelangkaan gas melon ini bisa diatasi oleh pemerintah.

    “Pusing juga kalau gas udah kosong. Padahal kami sudah menyedikan dua tabung gas di rumah, itu semua untuk mengantisipasi agar gas tidak sempat kosong,” tutupnya.

    Selain di Kecamatan Sagulung, ternyata kelangkaan gas melon juga terjadi di Kecamatan Batuaji. Yanto (65), pemilik pangkalan gas 3 kg di Kampung Bintang, Tanjunguncang, Batuaji mengatakan, stok gas ukuran 3 kg akhir-akhir ini sudah sangat berkurang.

    “Biasanya sekali datang 60 tabung gas, tapi sebulan terakhir stoknya berkurang jadi 45 hingga 50 tabung, saya tak tahu mengapa demikian,” jelasnya, Minggu siang.

    Yanto melanjutkan, sebelum gas itu tiba di pangkalan, warga di sana sudah terlebih dahulu booking. Saat gas itu datang dan diturunkan dari mobil, semuanya sudah ada pemiliknya.

    “Jadi, semua gas yang ada ini sudah ada pemiliknya. Meski pun ada warga yang mau membeli dengan harga tinggi, saya tak berani lagi menjualnya,” tuturnya.

    Katanya lagi, stok gas miliknya akan datang 3 kali dalam satu minggu. Harganya sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 18 ribu per tabung.

    “Harga jualnya tetap Rp 18 ribu, sedangkan di warung eceran lainnya sudah menjual Rp 22 ribu hingga Rp 25 ribu per tabung,” tutupnya.(jho)