Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu, demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu. Anak sekecil itu tak mampu nikmati waktu, dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal.
Penggelan lirik lagu legendaris “Sore Tugu Pancoran” dari Iwan Fals, mungkin jadi gambaran kehidupan dari Husen seorang anak berusia 15 tahun, yang sehari-hari berjualan kue di sekitar Jalan Brigjen Katamso Simpang Basecamp.
Husen sudah berjulan bermacam kue yang dibuat ibunya sejak umurnya menginjak delapan tahun, saat ayahnya meninggal. Otomatis, ibunya berjibaku bersama lima anaknya untuk mencukupi kehidupan mereka setiap tahun.
Sejak itu Husen yang bercita-cita menjadi tentara ini juga harus berhenti bersekolah dan berjualan kue, dua kakaknya juga harus mencari kerjaan. Sedangkan dua adiknya terpaksa dititipkan disebuah panti asuhan.
”Kata kakak saya, nanti kalau ada uang dari gaji tempatnya bekerja, saya akan di daftarkan masuk program paket untuk mendapat ijazah. Tapi karena ada masalah kecelakaan, kakak saya belum bisa mendaftarkan saya,” tutur Husen yang saat ditemui memakai celana pendek dan baju kaos lusuh, ia juga melengkapi pakaiannya dengan kain sarung untuk mengusir nyamuk dan rasa dingin. Karena Husen harus berjualan dari sore hingga larut malam.
Kisah Husen ini sebelumnya ditulis di media siber owntalk.co.id, selanjutnya salah seorang pembaca yang dermawan memberikan sumbangan untuk Husen, yang disalurkan bersama owntalk.co.id bersama posmetro.co.
Dan pada Rabu (4/9) malam lalu, sumbangan berupa uang tunai dan sembako tersebut langsung disalurkan kepada Husen dan orang tuanya.
Dari perbincangan dengan Husen setelah memberikan sumbangan itu, tersirat bahwa ia masih menggenggam harapan dan impiannya untuk mengejar cita-citanya menjadi tentara. Seberat apa pun kehidupan yang dijalaninya, ia juga masih tersenyum. Meski tak pernah ada kata hari libur untuknya dalam mencari nafkah. (dye)