Air ATB Masih Mampet, Keinginan Berdemo Semakin Bulat

    spot_img

    Baca juga

    BP Batam – Lions Club Indonesia Kolaborasi Hijaukan Waduk Sei Ladi

    BATAM, POSMETRO: Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) melalui Badan...

    Bottor Erikson Pardede: Harta Pengusaha Singapura Dikuasai Orang Kepercayaan dengan Melawan Hukum

    BATAM, POSMETRO: Sekelumit masalah dihadapi Dewi, termasuk harta peninggalan...

    Saldo Rekening Pengusaha Singapur Lenyap Rp 8,9 Miliar, Sidangnya Alot di PN Batam

    BATAM, PM: Orangnya sudah meninggal dunia pada pertengahan 2021...

    Sekdaprov Kepri Terima Audiensi TIM PKDN Sespimti Polri, Sambut Indonesia Emas 2045

    KEPRI, POSMETRO: Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad diwakili Sekretaris...
    spot_img

    Share

    Mansur, Ketua RW 011 Kavling Sungai Lekop. (posmetro.co/jho)

    BATAM, POSMETRO.CO: Warga Kavling Sungai Lekop, Kecamatan Sagulung masih merasa kesal bercampur kecewa dengan pelayanan PT Adhya Tirta Batam (ATB). Pasalnya, air di permukiman mereka tak kunjung mengalir. Kondisi seperti ini sudah sering dialami warga.

    “Apa nggak kesal pak, di kamar mandi tak ada lagi air, mau mandi dan cuciĀ  piring pakai apa,” tanya Mansur, Ketua RW 011 Kavling Sungai Lekop, kemarin.

    Menurut Mansur, kesabaran wargaĀ sudah mulai habis. Pasalnya kondisi seperti ini sudah sangat sering dialami warga. Dan paling mengiris hati warga, di permukiman yang ada di sebelah mereka tinggal, airnya mengalir lancar, padahal hanya dibatasi parit.

    “Ini yang kami pertanyakan, mengapa di Kavling Saroja, sebelah komplek kami air mengalir lancar. Padahal sama-sama bayar tagihan kok,” keluh Mansur.

    Menurut Mansur, hal tersebut menjadi unsur kecemburuan bagi warga Kavling Sungai Lekop. Bahkan ada 4 RW yang benar-benar mengalami krisis air di Kavling Sungai Lekop, dan yang paling parahnya berada di RT 001/RW 011.

    “Di RT 001 yang paling parah, kadang air ATB sama sekali tidak mengalir. Dan ketika mereka melihat rumah di sampingnya, air mengalir, apakah mereka nggak merasa sedih,” tutur Mansur.

    Juga dijelaskan Mansur, di belakang komplek mereka ada sekitar 16 perusahaan. Nah, air di dalam perusahan itu mengalir lancar selama 24 jam. Padahal pipa air menuju perusahaan tersebut satu arah dengan Kavling Sungai Lekop.

    “Kata pihak ATB, gangguan air ini karena ada kebocoran pipa. Nah, kalau memang pipanya bocor, kenapa di perusahaan dan rumah di sebelah komplek kami air mengalir lancar, kami sangat mempertanyakan itu,” terangnya

    Dengan hal ini, warga menganggap ATB tersekesan pilih kasih dan tidak memperdulikan warga Kavling Sungai Lekop. Untuk itu, niat warga untuk melakukan demo sudah bulat ke kantor ATB Batam Kota.

    “Iya, niat kami untuk demo sudah bulat, tinggal menentukan harinya saja, demo ini akan diikuti sekitar 2000 warga,” tutupnya.

    Sementara itu, Romi wargaĀ Kavling Sungai LekopĀ Blok D no 32 juga merasa kesal. Menurut dia, pelayanan ATB belum sepenuhnya dinikmati warga. Bahkan akhir-akhir ini, warga merasaĀ terabaikan.

    “Ia bang, kami seperti terabaikan saja. Apa nggak sakit hati kita bang, di sebelah komplek kita air mengalir lancar, sementara di rumah kita sendiri tak ada air,” ujarnya.

    Menurut Romi, kondisi seperti ini sudah di alami warga sejak dua minggu lalu. Tapi bukan berarti ini perdana, di bulan sebelumnya warga Kavling Sungai Lekop sudah sering mengalami krisis air bersih.

    “Airnya hidup pukul 22.00 WIB dan mati pukul 05.00 WIB, itu pun kecil. Dan jika sudah malam, siapa lagi yang ingin beraktifitas,” ujarnya.

    Untuk itu, Romi sangat memohon agar pelayanan ATB ini dievaluasi lagi. Jika memang air tidak bisa bengalir lancar, maka pihak ATB harus mengambil tindakan dengan cara menyediakan tangki air bagi warga Sungai Lekop.

    “Katanya ada kebocoran pipa. Tapi menurut saya itu hanya alasan, sebab di sebelah dan belakang komplek kami mengalir air. Bahkan kondisi seperti ini sudah sering kami alami, apakah pipa ATB terus bocor dan kebocorannya hanya mengarah ke komplek kami saja,” tanya Romi.

    Terakhirnya, Romi mengatakan sebagian warga terpaksa membeli viber(penampunangan air). DenganĀ  adanya penampuangan air ini, maka kebutuhan air bisa terpenuhi. Tapi sayang, viber ini tergolong mahal dan hanya sedikit warga yang mampu membelinya.

    “Di samping harga vibernya yang mahal, kami juga berpikir dua kali untuk membelinya, sebab banyak warga yang ngontrak di sini,” tutupnya.

    Sampai Senin (19/8), krisis air masih berlangsung di Kavling Sungai Lekop. Untuk memenuhi kebutuhan air, sebagian warga terpaksa mengeluarkan uang untuk membeli galon, padahal warga di sana mengaku tepat waktu untuk membayar tagihan air.(jho)