Krinyit-krinyit Bunyi Bus Kita, Bus Trans Batam

    spot_img

    Baca juga

    spot_img

    Share

    Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batam, mencoba naik Trans Batam. (posmetro)

    BUS Trans Batam, namanya. Transportasi umum yang dibanggakan Batam. Ongkosnya murah. Saya coba naik. Tujuannya ke Batam Centre. Dari Sekupang, saya ikutan antre beli tiket. Di pool utama itu tak banyak calon penumpang. Hanya belasan. Kebanyakan sendiri-sendiri. Tak saling kenal.

    ROZI JUHENDRA
    Koordinator Liputan POSMETRO

    Tapi, ada juga yang berkeluarga, membawa anak-anak yang masih kecil. Rombongan keluarga itu, sempat saya tanya. Mereka mengaku baru saja dari Karimun. Tiba di Pelabuhan Sekupang, mereka memilih jalan kaki, menyeberang ke halte pemberangkatan bus.

    “Ongkosnya murah. Lumayan. Kalau naik taksi, ongkosnya tak kurang juga seratus ribu,” kata Fadli, pria yang saya tanya. Saya tersenyum. Oh.., karena murah toh!

    Tiket sudah di tangan. Harganya cuma Rp 4 ribu. Saya naik. Bus tak penuh. Saya duduk di bangku belakang sopir. Saya hitung dalam hati, hanya ada tujuh penumpang.
    Saya teringat, reporter saya pernah menulis, “Bus Trans Batam Ada Wi-fi”. Saya cari-cari tempelan di kaca. Tak ada petunjuk Wifi. Aplikasi wifi di hape, saya aktifkan. Tapi, tak ada yang muncul. Saya tanya pada penumpang lain.

    “Mungkin yang pakai wifi, bukan bus yang ini,” jawabnya. Dia juga tak tahu. Persisnya, memang tak butuh. Tak ada raut tertarik di wajahnya soal wifi. Sebenarnya, saya juga tak butuh. Paket internet saya masih banyak. Tapi, panasaran saja. Ingin mencoba. Merasakan layanan yang digadang-gadangkan Pemko Batam. Khususnya, Dinas Perhubungan.

    Sopirnya naik. Bus belum jalan. Memang belum waktunya. Lima menit lagi. Sopirnya saya tanya, “Pasword wifi-nya apa, Mas?”
    Seperti yang saya duga. Si sopir pasti menjawab sekenanya. “Kalau bus yang ini, tak ada wifi-nya,” jawabnya. Ya, sudah. Tak apa. Saya juga tak butuh. Hanya ingin tahu saja.

    Waktunya tiba. Bus jalan. Baru saja belok kanan, ambil jalan raya, sudah terdengar suara bunyit krinyit-krinyit. Khas bus zaman dulu. Bus kota lama yang pernah saya naikin di kota lain. Tak ada ubahnya. Hanya saja, di dalam Bus Trans Batam, saya tak berdesakan. Tempat duduknya lumayan. Seperti kursi kantor. Agak mulai buram, memang. Tapi, daripada duduk di kursi kayu, jauh lebih nyaman.

    Bunyi krinyit-krinyit terus saja terdengar. Apalagi pas jalan bergelombang, semakin keras saja bunyinya. Tapi, tak menggangu kenyamanan. Memang begitu. Bus memang begitu. Apalagi, sejenis bus yang tak lagi muda. Tapi, aman.

    Di dalam bus, saya tak mencium wewangian pengharum ruangan. Sangat beda, saat saya mengedit sebuah berita yang dikirim oleh reporter. Waktu itu. Ya, waktu itu, waktu peluncuran bus yang ada wifi-nya, reporter saya dengan apik menulis tentang wanginya duduk di dalam Bus Trans Batam. Tentang kenyamanannya. Tentang sopirnya yang ramah. Tentang akses cepat internetnya. Tentang ongkos murahnya. Ya, ongkosnya memang murah. Rp 4 ribu untuk dewasa. Pelajar, bayar Rp 2 ribu saja.

    Tapi, soal pengharum ruangan tadi? Saya tak menciumnya. Bus berhenti di halte Shangrila. Sebentar saja. Tak ada penumpang disana. Hanya ada sekelompk remaja. Berlagak menunggu bus. Tapi, saat bus berhenti, mereka tertawa bersama. Lalu, melambaikan tangan. Mereka hanya sekelompok remaja yang nongkrong di halte bus. Tak ada petugas dinas perhubungan disana.

    Saya hitung, ada tiga halte yang dilewati. Selebihnya, hanya titik pemberhentian. Tanpa tanda. Tanpa halte. Menjelang halte Taman Sari, bangku sudah penuh. Penumpang yang tak dapat duduk, memanfaatkan pegangan yang disediakan. Serupa segitiga-segitiga yang digantung.

    Diantara penumpang yang berdiri, ada seorang wanita. Membawa bakul jamu. Mbak jamu. Dia terlihat sudah akrab dengan kernet bus. Bercanda saat menyerahkan dua lembar uang Rp 2 ribu. Duit diganti karcis. Karcisnya dirobek. Saat itu, lebih banyak penumpang bayar di dalam bus.

    Pemberhentian bus, diteriakan si kernet bus. Tidak tertulis secara digital di dalam bus. Memasuki kawasan Batamcentre, penumpang tak turun di halte. Memang, tak ada lagi halte sejak jalan mulai dilebarkan.

    Awal tahun, kabar gembira bagi dunia transportasi Batam. kementrian perhubungan menunjuk Batam jadi Kota Percontohan. Ada tiga kota lainnya mendapat predikat sama. Ketiganya merupakan ibukota provinsi: Pekanbaru, Semarang dan Bandung.
    Batam juga mendapat tambahan sepuluh armada Bus Trans Batam. Ini untuk ketiga kalinya. Batam hebat. Tapi, bunyit krinyit-krinyit itu? ***